Setelah berhasil melawan dan mengalahkan pejajah, orang-orang Rhodes mendirikan patung itu sebagai tanda terima kasih kepada Dewa pujaan. Patung itu melukiskan Helios sedang berdiri melindungi matanya dengan tanganya dan menatap ke arah laut. Dengan ketinggian 20 kaki tinggi manusia itu Colosses tegak di tepi jalan masuk ke pelabuhan, tetapi hanya untuk selama 65 tahun saja. Ia kemudian terpaksa harus menyingkir setelah terjadi suatu gempa bumi yang hebat. Tubuh dari logam perunggu yang berton-ton beratnya serta besar sekali ujudnya itu tergeletak saja hingga berabad-abad lamanya disana. Dan barulah pada abad ke 7 Sesudah masehi, orang-orang disana menariknya dan menjualnya kepada seorang pedagang logam-logam tua.
Sedangkan Pharos, adalah sebuah pulau yang dijadikan semacam mercusuar, untuk menyambut kedatangan setiap orang yang masuk melewati laut. Ia dibangun di atas sebuah pulau dekat Aleksandria, pada pintu gerbang masuk Mesir, antara tahun 285 dan 247 oleh Sostratus dari Cnidus. Ia berdiri di ketinggian 400 kaki atau sekitar 130 meter dari dasarnya. Diatas itu, sebuah landasan menyangga sebuah panci kuningan besar, di sana api menyala terus menerus siang dan malam. Dan sebuah cermin tersebut terbuat dari logam yang besar selaki, memantulkan sinar yang bagus. Hal ini bisa terlihat dari tengah laut. Di dalam gedung ini, terdapat 300 kamar. Dan puluhan kuda selalu siap untuk mengambil minyak guna kepentingan nyala api di atas itu.
Tetapi Pharos akhrinya mengalami nasib yang sama dengan Colosses. Ia runtuh karena genpa bumi yang dahsyat pada abad ke 14 Sesudah masehi. Beberapa orang sampai sekarang masih percaya, bahwa pada hari-hari yang tenang, reruntuhannya itu masih bisa di lihat di bawah permukaan air di atas pelabuhan.